Wawancara Eksklusive Bersama Bupati dan Wakil Bupati Trenggalek Mengenai Program 100 Hari

Bupati dan Wakil Bupati Trenggalek
Info Trenggalek - Emil Elestianto Dardak dan Moch. Nur Arifin telah resmi dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bupati Trenggalek. Pasangan Kepala Daerah termuda di Indonesia ini, akan bersinergi membahas persoalan-persoalan yang ada seperti, penanggulangan bencana, mengajak masyarakat bertanam, hingga memberikan pemahaman bagi warga tentang tahapan pembangunan.

Sebagaimana dilansir detik.com
, Berikut ini wawancara dengan Bupati dan Wakil Bupati Trenggalek Mas Emil dan Mas Ipin, yang dilantik Gubernur Jatim Soekarwo di Gedung Grahadi, Jalan Gubernur Suryo, Surabaya, Rabu (17/2/2016) kemarin.

Setelah dilantik sebagai Bupati Trenggalek, apa yang akan diberikan untuk masyarakat Trenggalek?

Bupati: Yang jelas masyarakat mendambakan pemerintah yang nyata kehadirannya di masyarakat. Bukan hanya wacana, bukan hanya bicara tapi kerja nyata.

Tapi kadang-kadang masyarakat juga harus menyadari bahwa birkorasi itu ada prosesnya. Nggak bisa hari ini memperbaiki jalan dan duitnya harus turun. Ada proses perencanaan pembangunan, ada proses anggaran, ada proses konsultasi dengan pembuat kebijakan. Disinilah komunikasi menjadi penting.

Bagaimana masyarakat menyadari bahwa pekerjaan itu tidak sama seperti membalik telapak tangan atau turun dari langit, prosenya itu. Misalnya jalan rusak atau membangun jalan, itu diawali dulu dengan desain. Nah ini loh bahwa kenyataan pembangunan itu bukan sruduk kiri sruduk kanan. Tapi disisi lain jangan kesuwen (terlalu lama), jangan kelamaan. Kita pingin pemerintah yang sigap dan cepat.

Sigap dan cepat itu artinya, kita tidak ingin membuang waktu. Kita tahu persis, untuk membangun itu ini loh fasenya ini, langkahnya ini. Dan setiap langkah itu harus terdokumentasi dengan baik.

Jadi kita tahu ada pergerakan. Kita tahu bahwa ada pegerakan. Kita tahu misalnya mau membangun pelabuhan, mau mebebaskan tanah. Dari sekarang sudah ada timeline yang sudah kita petakan potensinya apa. Walaupun tentunya ada yang bilang kalau mau membebasin tanah jangan dibocori dulu, nanti dispekulasi orang.

Nah disinilah, saya ingin menyampaikan konteksnya itu tidak sesimpel yang kita bayangkan. Saya sudah dibirokrasi 14 tahunan.

Pada intinya ini mengelola ekspektasi bagiaman masyarakat itu tahu apa yang sedang dilakukan pemerintah, tapi tidak pada satu level dimana itu justru malah menjadi bumerang terhadap keberhasilan dari tujuan program. Itu seni  nggak ada ilmu pastinya. Tapi pada akhirnya semua tergantung dari keberanian dan kemampuan kita mengelola komunikasi publik. Apakah kita mau turun ke bawah, apakah kita mau mengefektifkan birokrasi. Apakah kita mau menggunakan teknologi informasi untuk membuat komunikasi dengan masyarakat lebih efisen dan lebih cair, itu semua banyak sekali faktornya.

Trenggalek dikenal dengan daerah pegunungan dan dataran tinggi. Apakah ada program 100 hari?

Bupati: Saya kemarin kita baru ada 140 ribu bibit dan itu ditanam di musim hujan ini dengan harapana ada penyiraman gratis. Yang namanya tanaman ada masa kritis sampai ke fase tertentu itu dia akan sangat manja terhadap siram atau air. Harapan kita bisa lewat fase strategis itu dulu. Nah ini kita coba di musim hujan ini kita tanam.

Nah tentunya ini harus kita petakan lagi  apa yang sudah ditanam itu bagaimana kondisinya. Kadang-kadang seremoni kita tanam tapi kita tidak perhatikan. Apa  jangan-jangan setelah 2 minggu keinjak-injak orang.

Kita juga banyak hal-hal yang urgen. Mengenai daerah Trenggalek yang berpotensi longsor. Kita sekarang lagi banjir longsor, tapi suak lupa bahwa di bulan September-Oktober kemarin kita kekeringan. Nah ini karena curah hujan nggak merata. Kita belum punya bendungan besar. Ada bendungan yang harus kita bangun.

Ada bendungan di Ngilinggi yang sudah diresmikan. Sekarang bagaimana kontraktor bisa bekerja. Kita pastikan bagiaman tanah-tanah ini harus clear. jadi bukan hanya secara legal, tetapi secara fisik sudah clear untuk dimulai kontruksi dan itu harus terlaksana.

Kemarin kami sudah bertemu dengan kepala desa Nglinggis. Itu segelintir contoh dan kita juga mau dorong sumur-sumur biopori , kalau bisa segera dilaksanakan di rumah-rumah. Jadi mumpung sekaang di gunung-gunung kita bisa menyimpan air. Nah inilah langkah-langkah sebagian kita contoh bagaimana menyikapi Trenggalek yang pegunungan.

Bagaimana langkah untuk peningkatan ekonomi masyarakat Trenggalek?

Bupati: Secara garis besar memang sekitar 37 persen kurang lebih itu dari pertanian. Lahan Trenggalek sebetulnya terbatas, yang datar yang bisa sawah, karena memang banyak pegunungan.

Di sini kita harsu efektifkan sinergi kita dengan Perhutani dalam konteks LMDH (lembaga masyarakat desa hutan). Bagaimana kita bisa mendorong kegiatan-kegiatan  ekonomi yang memiliki nilai tambah.

Tanaman-tanaman yang mempunyai nilai jual tinggi, nah inilah semua yang harus kita coba laksanakan. Tapi jangan modelnya yang kagetan, ikut menanam ini menanam itu karena apa, itu semua ada ilmunya.

Inilah juga kita dorong, apapun yang dilakukan masyarakat itu ada profesionalismenya. Jangan sampai ikut-ikut menanam semua, nggak tahunya tiba-tiba kena masalah sedikit langsung gagal panen, banyak penyakit.

Misalnya hal sesimpel cengkeh. Kalau kia mencabut daunnya salah, itu bisa kena cacar daun. padahala simpel. Itulah yang menjadi perhatian kami. Kita ingin bermitra dengan universitas, bermitra dengan badan pengembangan teknologi pertanian, itu untuk bagaimana ada kesadaran masyarakat bahwa jangan ikut-ikutan aja, benar-benar harus dipahami dulu.

Nah ini kedepannya bagaimana mengembangkan masyarakat di sektor pertanian. belum lagi kita bicara mengembangkan UMKM. Ada konveksi, ada kerajinan tangan. Bu Susi kemarin sudah membeli miniatur perahu. Nah ini semua kita kembangkan.

Sementara Wakil Bupati Trenggalek M Nur Arifin menegaskan tidak akan ada bagi-bagi tugas dengan Bupati Emil.

Wabup:  kita punya prinsip nggak ada yang namanya bagi-bagi tugas. Karena semuanya harus sinergi. Kalau bagi-bagi tugas nanti akan ada 2 kepala daerah, itu bagi kami nggak kondusif. Semua masalah kita rembug bareang.

Saya sudah merasakan mulai masa kampanye sampai awal-awal menunggu pelantikan sudah berusaha nyicil menyelesaikan masalah dan mas emil sudah mulai support terhadap keberadaan saya.

Embrio kita ini berbeda. Mas Emil ini elit kalau saya alit (kecil). Jadi saya mengkomuniksakan di bawah, mas Emil yang berusaha, ibaratnya ini sebuah kapal. Mas Emil mengembangkan layarnya, saya yang menaruh jangkar. Jadi kapal ini tetap stabil.

Bagaimana program 100 hari ke depan?

Wabup: Kan anggaran kita sudah warisan dan digedok di tahun 2015. Jadi program 100 hari kita mungkin hal- hal seperti tanggap bencana, terus konflik-konflik sosial di sana yang masih ada, terkait masalah SARA, karena disana juga ada eks Gafatar dan segala macam. Itu mungkin yang akan kita konsolidasikan.

Terus kita mau rapat staf, rapat pimpinan sama semabri pihak-pihak eksternal yang mau melakukan pengabdian di Kabupaten Trenggalek, membantu kita, itu kita buka. Contoh beberapa perusahaan yang ingin menggelontorkan CSR-nya di Kabupaten Trenggalek untuk masyarakat, ini yang kita dorong.

No comments for "Wawancara Eksklusive Bersama Bupati dan Wakil Bupati Trenggalek Mengenai Program 100 Hari"