Sejarah Babat Tanah Gemblung Durenan
Info Trenggalek - Semua yang ada di dunia ini pasti memiliki asal-usulnya, ada sejarahnya, ada sebab-sebab yang menjadikan sesuatu itu ada. Adanya alam semesta sebab adanya Sang Kausal. Negara Kesatuan Republik Indonesia lahir sebab adanya sejarah penindasan dan perjuangan para pendahulu yang melawan ketertindasan para penjajah. Termasuk dengan adanya fakta, terdapatnya sebuah perkampungan kecil di atas pegunungan yang terletak di kawasan Kecamatan Durenan yang kemudian biasanya oleh masyarakat perkampungan ini disebut dengan Desa Gemblung. Bagaimana sejarah perkampungan diatas gunung ini ada, kami informasikan dalam artikel ini dengan judul Sejarah Babat Tanah Gemblung Durenan.
Sejarah Gunung Gemblung Durenan berawal dari datangnya seseorang ke gunung di Durenan yang merupakan prajurit pelarian dari Banten pada tahun 1825, yang bernama mbah Joko Pekik. Latar belakang pelarian prajurit Banten ini tidak lain adalah karena faktor penjajahan yang dilakukan oleh Belanda. Dari pada hidup dibawah penjajahan lebih baik mengasingkan diri ke daerah terpencil untuk menjalani hidup dengan bebas. Selain mbah Joko Pekik masih ada dua sosok lagi yang turut menjadi orang pertama yang tinggal di gunung durenan, dua orang ini adalah Mbah Hardopuro dan Mbah Joyo Hadiningrat yang berasal dari Surakarta.
Namun, mengenai bagaimana silsilah keturunan dari masyarakat Desa Gemblung ternyata tidak sampai kepada tiga orang yang pertama babat bumi Gemblung ini. Berdasarkan keterangan dari informan, masyarakat di Desa Gemblung merupakan keturunan dari dua prajurit pelarian asal Magelen, atau sekarang lebih dikenal dengan kota Magelang yang menyusul menjalani hidup di gunung Durenan. Dua orang ini adalah mbah Gantigo dan mbah Cantiko.
Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat perkampungan diatas pegunungan Durenan semakin banyak. Di masa penjajahan, masyarakat tetap bertahan menjalani kehidupan dengan memanfaatkan apa saja yang tersedia di gunung untuk bertahan hidup. Kala itu lokasi gubuk-gubuk sebagai tempat tinggal yang dibangun oleh penduduk belum terkumpul menjadi satu lokasi, jadi masih terpencar-pencar jauh antara satu pemukiman dengan pemukiman yang lain. Pada suatu momen tertentu, oleh tetua masyarakat dikumpulkanlah penduduk pada suatu tempat. Kemudian tetua masyarakat berpesan kepada penduduk, ketika nanti tiba rejaning zaman supaya masyarakat memberikan nama desa ini dengan nama “Desa Gembleng”. Gembleng memiliki arti kumpul, dalam arti berkumpul jadi satu lahir batinnya masyarakat Desa Gembleng. Sehingga disini ada sedikit kesalahan yang berkembang di masyarakat, masyarakat Durenan khususnya, bukan Desa Gemblung, yang lebih tepat adalah Desa Gembleng.
Gunung Gemblung Durenan selain menyimpan pemandangan indah alamnya dan cerita sejarah adanya pemukiman diatas pegunungan, ia juga memiliki kisah-kisah unik yang berkaitan dengan orang yang pertama kali tinggal di Gunung Gemblung, yakni mbah Joko Pekik. Masyarakat meyakini bahwa mbah Joko Pekik ini merupakan seorang yang sakti mandraguna, sehingga tidak jarang sekarang ada beberapa kalangan masyarakat di luar Durenan mengunjungi petilasan beliau yang terletak di dekat puncak Gunung Gemblung dengan harapan dapat menjadi lantaran terwujudnya hajat-hajat mereka. Sebagaimana diterangkan salah satu warga, mereka yang mengunjungi petilasan adalah orang-orang yang biasanya sedang mengalami kebangkrutan, orang akan magang (mencalonkan diri) dan lain sebagainya.
Konon, sebelum daerah-daerah di bawah pegunungan Durenan ada, di Gunung Gemblung sudah ramai oleh pemukiman penduduk. Sehingga dikatakan Desa Gemblung atau lebih tepatnya Gembleng merupakan salah satu desa yang ada di kawasan Durenan.
Demikian ulasan singkat mengenai Sejarah Babat Tanah Gemblung Durenan yang berhasil Info Trenggalek himpun. Tentu masih banyak kekurangan disana-sini terutama kesesuaian antara informasi yang kami tangkap dengan yang disampaikan narasumber. Untuk melengkapi kekurangan kami, dapat rekan tambahkan di kolom komentar. Sekian dari Info Trenggalek, kami sampaikan terima kasih.
Sumber: Mbah Muh dan Pak Sakim
Sejarah Gunung Gemblung Durenan berawal dari datangnya seseorang ke gunung di Durenan yang merupakan prajurit pelarian dari Banten pada tahun 1825, yang bernama mbah Joko Pekik. Latar belakang pelarian prajurit Banten ini tidak lain adalah karena faktor penjajahan yang dilakukan oleh Belanda. Dari pada hidup dibawah penjajahan lebih baik mengasingkan diri ke daerah terpencil untuk menjalani hidup dengan bebas. Selain mbah Joko Pekik masih ada dua sosok lagi yang turut menjadi orang pertama yang tinggal di gunung durenan, dua orang ini adalah Mbah Hardopuro dan Mbah Joyo Hadiningrat yang berasal dari Surakarta.
Gunung Gemblung Durenan |
Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat perkampungan diatas pegunungan Durenan semakin banyak. Di masa penjajahan, masyarakat tetap bertahan menjalani kehidupan dengan memanfaatkan apa saja yang tersedia di gunung untuk bertahan hidup. Kala itu lokasi gubuk-gubuk sebagai tempat tinggal yang dibangun oleh penduduk belum terkumpul menjadi satu lokasi, jadi masih terpencar-pencar jauh antara satu pemukiman dengan pemukiman yang lain. Pada suatu momen tertentu, oleh tetua masyarakat dikumpulkanlah penduduk pada suatu tempat. Kemudian tetua masyarakat berpesan kepada penduduk, ketika nanti tiba rejaning zaman supaya masyarakat memberikan nama desa ini dengan nama “Desa Gembleng”. Gembleng memiliki arti kumpul, dalam arti berkumpul jadi satu lahir batinnya masyarakat Desa Gembleng. Sehingga disini ada sedikit kesalahan yang berkembang di masyarakat, masyarakat Durenan khususnya, bukan Desa Gemblung, yang lebih tepat adalah Desa Gembleng.
Gunung Gemblung Durenan selain menyimpan pemandangan indah alamnya dan cerita sejarah adanya pemukiman diatas pegunungan, ia juga memiliki kisah-kisah unik yang berkaitan dengan orang yang pertama kali tinggal di Gunung Gemblung, yakni mbah Joko Pekik. Masyarakat meyakini bahwa mbah Joko Pekik ini merupakan seorang yang sakti mandraguna, sehingga tidak jarang sekarang ada beberapa kalangan masyarakat di luar Durenan mengunjungi petilasan beliau yang terletak di dekat puncak Gunung Gemblung dengan harapan dapat menjadi lantaran terwujudnya hajat-hajat mereka. Sebagaimana diterangkan salah satu warga, mereka yang mengunjungi petilasan adalah orang-orang yang biasanya sedang mengalami kebangkrutan, orang akan magang (mencalonkan diri) dan lain sebagainya.
Konon, sebelum daerah-daerah di bawah pegunungan Durenan ada, di Gunung Gemblung sudah ramai oleh pemukiman penduduk. Sehingga dikatakan Desa Gemblung atau lebih tepatnya Gembleng merupakan salah satu desa yang ada di kawasan Durenan.
Demikian ulasan singkat mengenai Sejarah Babat Tanah Gemblung Durenan yang berhasil Info Trenggalek himpun. Tentu masih banyak kekurangan disana-sini terutama kesesuaian antara informasi yang kami tangkap dengan yang disampaikan narasumber. Untuk melengkapi kekurangan kami, dapat rekan tambahkan di kolom komentar. Sekian dari Info Trenggalek, kami sampaikan terima kasih.
Sumber: Mbah Muh dan Pak Sakim
gembleng jadi gemblung hahaha
ReplyDeletekalau tidak salah gemblung itu artinya tidak normal
hahag, iya, memang sebagian orang mengartikan demikian
Delete