Cerita Malam Minggu Sine
Info Trenggalek - Selamat malam semuanya, bagaimana kabarnya?
Semoga kalian selalu diberikan kesehatan semua sehingga dapat
beraktifitas yang penuh keberkahan. Malam ini admin ingin berbagi cerita
tentang malam minggu admin di Pantai Sine Tulungagung.
Ceritanya, malam minggu kemarin (18/3), admin bersama 7 teman yang lain
camping di salah satu pantai kebanggan Kabupaten tetangga, Tulungagung.
sebuah pantai yang sedang booming-boomingnya, yang lebih populer dengan
sebutan Pantai Cemoro Sewu, karena saking banyaknya pohon cemara di sepanjang pesisir pantai.
Cerita ini bermula dari sekumpulan anak muda yang “melingkar” di sebuah warung kopi yang berada di Desa Kamulan, Kecamatan Durenan—kalau tidak salah itu sekitar seminggu sebelum kami camping. Seperti umumnya orang ngopi, pembahasannya pun tidak karuan arah. Terkadang ceto, terkadang ndak ceto, apalagi kalau sudah memasuki pukul 00.00 WIB lebih, semakin menggila. Namun tidak jarang pula karena ngopi kemudian muncul ide-ide kreatif yang sangat sayang jika tidak direalisasikan. Ide yang muncul dan disepakati oleh semuanya akhirnya mengarah menjadi agenda bermalam minggu di Pantai Sine.
Tentu munculnya ide ini tidak datang dengan tiba-tiba, pasti ada sesuatu yang melatar belakanginya. Ehehehe, bagian ini yang menurut admin ingin segera ditulis. Tapi sebelumnya mohon maaf bila ada pihak yang tersungging. Wekekekekeke. (lek tersinggung yo ngopi ae lek). Sebenarnya yang melatar belakangi agenda malam minggu sine adalah kegalauan yang melanda kaum-kaum penuh derita yang selalu mengisi catatan di dinding ratapan mereka (fb), ciri-cirinya bisa ditandai—biasanya mengutip kata-kata bijak Tere Liye. ahahaha
Banyak ragam dan jenis dan kegalauan yang mereka ratapi. Ada yang galau
gara-gara ditodong bapaknya nikah dengan orang yang belum dikenal,
padahal masih ingin bebas berkelana mencari pelabuhan hati yang sesuai
kriteria. Ada yang galau karena hubungannya diujung tanduk, prediksinya
sih kebobolan, Hehe. Kemudian, yang lain lagi galau gara-gara tidak bisa
move on dari sosok-sosok yang entah masih syubhat hatinya. Yang
satunya, galau saking kebanyakan porsi, harusnya satu saja cukup,
ndelalah kersane ngalah, malah imbuh. Di kala ada yang imbuh-imbuh, yang
satunya justru syubhat “masalah”-nya, pokoke melu dolan. Dan yang
terakhir ini cukup menyedihkan, galau gara-gara ndak direstui emak-nya
menikah dengan pilihannya. Wal hasil, ke-bhineka-an kegalauan inilah
yang kemudian meng-eka-kan teman-teman sehingga berbuah ide camping
bersama di Pantai Sine sebagai solusi atas mewabahnya derita
kaum-kaum yang tertindas hatinya. Harapannya, setidaknya dengan cara ini
bisa sedikit mengurangi beban pikiran dan beban di hati.
Hari demi hari kami lalui, tanpa disangka hari yang ditunggu semakin dekat. Segala kebutuhan segera dibagi tugaskan agar agenda camping bisa berjalan dengan lancar. Di tengah-tengah persiapan, datanglah kabar dari salah satu teman—kalau ada temen cewek yang ingin gabung camping. Tak ayal ini memunculkan pro kontra di antara rekan-rekan. Tetapi singkat cerita, akhirnya semua menyetujui satu-satunya bidadari itu untuk gabung di acara camping. Berpositif thinking saja, ini demi sambungnya tali silaturahim. Beberapa perlengkapan dan peralatan yang kami persiapkan diantaranya tenda dom, fly set, sleeping bag, mangkok, gelas, sendok, tremos, kompor gas portable, logistik seperti mie instan, air putih, kopi sachet, dan yang tidak boleh ketinggalan yang pasti adalah—seperangkat android, tongsis dan power bank full charger.
Akhirnya hari yang ditunggu tiba. Teman-teman sebelumnya telah bersepakat berangkat pada sabtu sore pukul 16.00 WIB. Enam orang berangkat dulu, dua orang sisanya menyusul karena masih ada keperluan lain yang tidak bisa ditinggal—begitu rencananya. Ternyata perjalanan kami dari Trenggalek menuju Pantai Sine Tulungagung tidak begitu mulus, pasalnya saat itu cuaca kurang begitu bersahabat. Langit di sore hari berbalut awan tebal ditambah rintikan air hujan yang semakin lama semakin deras. Enam orang berangkat duluan tadi yang mungkin harus berjibaku dengan derasnya hujan di kawasan Tulungagung, sedangkan admin dan satu orang teman berangkat belakangan pas hujan sudah reda. Tapi semua itu tidak menyurutkan semangat kami untuk bersama-sama dalam kehangatan menikmati malam indah di Pantai Sine.
Kloter kedua (admin dan satu teman) kira-kira sampai di lokasi Pantai Sine
sekitar pukul 11.30 WIB. Sesampainya disana, dua tenda dom dan satu fly
set sudah berdiri dan teman-teman yang datang lebih awal sudah
bersantai ria di bawah fly set. Kami pun ikut nimbrung. Ditemani
setumpukan snack dan beberapa minuman mineral—dan tak lupa beberapa
bungkus rokok, kami pun asik bercengkrama—mengobrolkan
persoalan-persoalan yang memungkinkan bisa dibahas. Obrolan-obrolan demi
obrolan pun kami selingi dengan guyonan, ejekan gayeng, sindiran yang
membuat keakraban semakin hangat. Mungkin bagi sebagian orang yang
pikiran dan hatinya begitu sensitif (titik-titik mutong) sangat
tidak asik, tapi bagi kami, hal semacam itu tidak lah menjadi masalah,
karena sesungguhnya dibalik itu—sudah ada ikatan kuat yang mampu
mempererat semuanya.
Dentang waktu menunjukkan pukul 02.00 WIB, rasa kantuk mulai datang. Mata pun semakin enggan diajak melekan. Tidak lama satu persatu dari kami mulai mencari posisi untuk tidur. Sampai kemudian kami terlelap di tengah deburan ombak Pantai Sine dan lantunan lagu-lagu dangdut mereka yang sedang berpesta. Malam itu terasa begitu cepat, rasanya baru sebentar kami memejamkan mata, tapi mentari pagi sudah menyapa dan memaksa kami untuk bangun. Maka segera kami bergegas ke musholla bergantian untuk melaksanakan sholat shubuh. Setelah selesai—kami kembali beraktifitas di sekitaran tenda dan mulai menyiapkan peralatan untuk memanaskan air yang nanti digunakan menyeduh mie instan dan kopi. Pagi di Minggu ini terasa begitu mesra, dapat berkumpul bersama teman-teman seideologis dalam suasana yang santai sehingga beban akan kompleksitas persoalan pribadi sedikit berkurang—urusan kuliah, isi dompet sampai persoalan asmara.
Kami memanfaatkan momen ini sebaik mungkin. Selain sarapan sederhana dengan beberapa bungkus mie instan yang dibagi delapan orang, hisapan-hisapan syahdu batang rokok, dan sruputan kopi bercampur garam laut—mewarnai pagi indah kami di Pantai Sine. Selain itu—hal yang tidak bisa ketinggalan, selfie-selfie menjadi barang wajib, berdosa hukumnya kalau sampai tidak selfie, hehe.
Hawa hangat pagi kemudian menjadi terasa lebih panas, hal ini menujukkan waktu semakin siang. Sesuai dengan rencana awal, sekitar pukul 08.00 WIB harus sudah persiapan untuk pulang. Maka kemudian kami bersiap-siap untuk pulang—segala perlengkapan kami kemas dan setelah selesai semuanya kami berangkat pulang bersama-sama.
Mungkin itu sedikit cerita perjalanan kami ketika camping di Pantai Sine Tulungagung. Banyak hal yang admin ambil hikmahnya setelah camping bersama teman-teman yang lain di sini. Pertama, setiap orang pasti dihadapkan persoalan hidup yang beragam, namun ketika menemui kebuntuan, adakalanya kita harus istirahatkan sejenak hati dan fikiran kita sehingga nantinya kita akan lebih jernih dalam berfikir dan matang ketika memutuskan suatu persoalan. Kedua, kebahagiaan tidaklah harus diartikan kalau kita punya pasangan, sesungguhnya kebahagiaan itu tergantung bagaimana kita memanajamen hati kita—dan itu bisa kita dapatkan dengan cara lain, salah satunya berkumpul bersama teman-teman terdekat. Dan yang ketiga, siasati dan sikapi kemelut problematika kehidupan dengan cara masing-masing. Masing-masing individu pasti memiliki gaya tersendiri untuk mengatasi sebuah persoalan. Kami pun punya cara sendiri, salah satunya berkumpul dengan sahabat-sahabat dalam wadah agenda camping bersama.
Sepulang dari acara ini apakah semua persoalan yang kami hadapi dapat tuntas semuanya? Tentu tidak. Ini semua dikembalikan lagi kepada pribadi masing-masing dengan segala ragam problematikanya yang tentu berbeda dalam penyikapannya dan hasilnya pun berbeda pula, ada yang positif—semakin membaik dan mungkin juga ada yang lebih memburuk. Tetapi setidaknya dengan cara ini kami dapat mempererat tali silaturahim dan nyambung paseduluran dengan teman-teman yang lain.
Admin sedang santai.
Cerita ini bermula dari sekumpulan anak muda yang “melingkar” di sebuah warung kopi yang berada di Desa Kamulan, Kecamatan Durenan—kalau tidak salah itu sekitar seminggu sebelum kami camping. Seperti umumnya orang ngopi, pembahasannya pun tidak karuan arah. Terkadang ceto, terkadang ndak ceto, apalagi kalau sudah memasuki pukul 00.00 WIB lebih, semakin menggila. Namun tidak jarang pula karena ngopi kemudian muncul ide-ide kreatif yang sangat sayang jika tidak direalisasikan. Ide yang muncul dan disepakati oleh semuanya akhirnya mengarah menjadi agenda bermalam minggu di Pantai Sine.
Tentu munculnya ide ini tidak datang dengan tiba-tiba, pasti ada sesuatu yang melatar belakanginya. Ehehehe, bagian ini yang menurut admin ingin segera ditulis. Tapi sebelumnya mohon maaf bila ada pihak yang tersungging. Wekekekekeke. (lek tersinggung yo ngopi ae lek). Sebenarnya yang melatar belakangi agenda malam minggu sine adalah kegalauan yang melanda kaum-kaum penuh derita yang selalu mengisi catatan di dinding ratapan mereka (fb), ciri-cirinya bisa ditandai—biasanya mengutip kata-kata bijak Tere Liye. ahahaha
![]() |
Mancing mania ..... |
Hari demi hari kami lalui, tanpa disangka hari yang ditunggu semakin dekat. Segala kebutuhan segera dibagi tugaskan agar agenda camping bisa berjalan dengan lancar. Di tengah-tengah persiapan, datanglah kabar dari salah satu teman—kalau ada temen cewek yang ingin gabung camping. Tak ayal ini memunculkan pro kontra di antara rekan-rekan. Tetapi singkat cerita, akhirnya semua menyetujui satu-satunya bidadari itu untuk gabung di acara camping. Berpositif thinking saja, ini demi sambungnya tali silaturahim. Beberapa perlengkapan dan peralatan yang kami persiapkan diantaranya tenda dom, fly set, sleeping bag, mangkok, gelas, sendok, tremos, kompor gas portable, logistik seperti mie instan, air putih, kopi sachet, dan yang tidak boleh ketinggalan yang pasti adalah—seperangkat android, tongsis dan power bank full charger.
Akhirnya hari yang ditunggu tiba. Teman-teman sebelumnya telah bersepakat berangkat pada sabtu sore pukul 16.00 WIB. Enam orang berangkat dulu, dua orang sisanya menyusul karena masih ada keperluan lain yang tidak bisa ditinggal—begitu rencananya. Ternyata perjalanan kami dari Trenggalek menuju Pantai Sine Tulungagung tidak begitu mulus, pasalnya saat itu cuaca kurang begitu bersahabat. Langit di sore hari berbalut awan tebal ditambah rintikan air hujan yang semakin lama semakin deras. Enam orang berangkat duluan tadi yang mungkin harus berjibaku dengan derasnya hujan di kawasan Tulungagung, sedangkan admin dan satu orang teman berangkat belakangan pas hujan sudah reda. Tapi semua itu tidak menyurutkan semangat kami untuk bersama-sama dalam kehangatan menikmati malam indah di Pantai Sine.
![]() |
Lihat kamera semuanya ...... cekrek |
Dentang waktu menunjukkan pukul 02.00 WIB, rasa kantuk mulai datang. Mata pun semakin enggan diajak melekan. Tidak lama satu persatu dari kami mulai mencari posisi untuk tidur. Sampai kemudian kami terlelap di tengah deburan ombak Pantai Sine dan lantunan lagu-lagu dangdut mereka yang sedang berpesta. Malam itu terasa begitu cepat, rasanya baru sebentar kami memejamkan mata, tapi mentari pagi sudah menyapa dan memaksa kami untuk bangun. Maka segera kami bergegas ke musholla bergantian untuk melaksanakan sholat shubuh. Setelah selesai—kami kembali beraktifitas di sekitaran tenda dan mulai menyiapkan peralatan untuk memanaskan air yang nanti digunakan menyeduh mie instan dan kopi. Pagi di Minggu ini terasa begitu mesra, dapat berkumpul bersama teman-teman seideologis dalam suasana yang santai sehingga beban akan kompleksitas persoalan pribadi sedikit berkurang—urusan kuliah, isi dompet sampai persoalan asmara.
Kami memanfaatkan momen ini sebaik mungkin. Selain sarapan sederhana dengan beberapa bungkus mie instan yang dibagi delapan orang, hisapan-hisapan syahdu batang rokok, dan sruputan kopi bercampur garam laut—mewarnai pagi indah kami di Pantai Sine. Selain itu—hal yang tidak bisa ketinggalan, selfie-selfie menjadi barang wajib, berdosa hukumnya kalau sampai tidak selfie, hehe.
![]() |
Yuk, sarapan gaes ...!!!! |
Mungkin itu sedikit cerita perjalanan kami ketika camping di Pantai Sine Tulungagung. Banyak hal yang admin ambil hikmahnya setelah camping bersama teman-teman yang lain di sini. Pertama, setiap orang pasti dihadapkan persoalan hidup yang beragam, namun ketika menemui kebuntuan, adakalanya kita harus istirahatkan sejenak hati dan fikiran kita sehingga nantinya kita akan lebih jernih dalam berfikir dan matang ketika memutuskan suatu persoalan. Kedua, kebahagiaan tidaklah harus diartikan kalau kita punya pasangan, sesungguhnya kebahagiaan itu tergantung bagaimana kita memanajamen hati kita—dan itu bisa kita dapatkan dengan cara lain, salah satunya berkumpul bersama teman-teman terdekat. Dan yang ketiga, siasati dan sikapi kemelut problematika kehidupan dengan cara masing-masing. Masing-masing individu pasti memiliki gaya tersendiri untuk mengatasi sebuah persoalan. Kami pun punya cara sendiri, salah satunya berkumpul dengan sahabat-sahabat dalam wadah agenda camping bersama.
Sepulang dari acara ini apakah semua persoalan yang kami hadapi dapat tuntas semuanya? Tentu tidak. Ini semua dikembalikan lagi kepada pribadi masing-masing dengan segala ragam problematikanya yang tentu berbeda dalam penyikapannya dan hasilnya pun berbeda pula, ada yang positif—semakin membaik dan mungkin juga ada yang lebih memburuk. Tetapi setidaknya dengan cara ini kami dapat mempererat tali silaturahim dan nyambung paseduluran dengan teman-teman yang lain.
Admin sedang santai.
No comments for "Cerita Malam Minggu Sine"
Post a Comment